Fadhilah dan Keutamaan Berwudhu Menurut Alquran dan Hadits – Wudhu adalah amalan yang paling utama lagi mulia, dan cukuplah yang menunjukkan dalil akan keutamaannya adalah bahwa dia merupakan syarat sahnya shalat yang merupakan tiang agama dan rukun Islam terpenting setelah dua kalimat syahadat. Karenanya barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa wudhu (bagi yang berhadats kecil) maka shalatnya tidak sah dan dia telah terjatuh ke dalam dosa besar.
Ibadah Wudhu apabila dilakukan dengan sempurna sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka akan mendatangkan keutamaan yang sangat banyak bagi pelakunya, di antaranya:
Penghapus Dosa
Orang yang berwudhu dengan benar dan sempurna maka dosa-dosa yang diperbuat oleh anggota wudhunya akan keluar (terhapus) bersamaan dengan keluarnya tetesan air wudhunya. Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ ».
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang berwudhu lalu membaguskan wudhunya’, keluarlah dosa-dosanya dari badannya bahkan (dosa-dosanya) akan keluar dari bawah kuku-kukunya.”
(Shohih. HR.Muslim I/149 no.601)
Maksud memperbaiki wudhu adalah mengerjakannya secara sempurna (mencakup rukun, wajib, dan sunnah wudhu) sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ – أَوِ الْمُؤْمِنُ – فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ – أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ – فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ – أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ – فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلاَهُ مَعَ الْمَاءِ – أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ – حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ الذُّنُوبِ ».
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu, lalu membasuh wajahnya maka keluarlah dari wajahnya segala dosa-dosa karena penglihatan matanya bersama dengan air atau bersama tetes air yang terakhir.
Apabila membasuh kedua tangannya maka keluarlah dari kedua tangannya segala dosa-dosa karena perbuatan kedua tangannya bersama dengan air atau bersama tetes air yang terakhir.
Apabila membasuh kedua kakinya maka keluarlah dari kedua kakinya segala dosa-dosa yang ditempuh oleh kedua kakinya bersama dengan air atau bersama tetes air yang terakhir sehingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosa”.
(Shohih. HR. Ahmad II/303 no.8007, Muslim I/215 no.244, Tirmidzi I/6 no.2, dan selainnya).
Keutamaan wudhu lainnya adalah akan ditemani malaikat saat tidur di malam hari dan malakikat tersebut akan memohon supaya dosa diampuni karena sudah tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah bersabda,
”Sucikanlah jasad-jasad ini, niscaya Allah akan menyucikan kalian. Karena tak seorang hambapun yang tidur di malam hari dalam keadaan suci, melainkan ia akan ditemani seorang malaikat yang berada di selimutnya dan tidak bergerak sedikitpun sepanjang malam dan hanya berdoa,”Ya Allah, ampunilah hambamu ini, karena ia tidur dalam keadaan bersuci.”
(HR. Ath Thabrani dinilai shahih oleh Syaikh al Albani dalam Shahihul Jamie : 3936)
Rasulullah Saw bersabda,
”Jika seorang hamba menjaga shalatnya, menyempurnakan wudhunya, rukuknya, sujudnya, dan bacaannya, maka shalat akan berkata kepadanya, ‘Semoga Allah Swt menjagamu sebagaimana kamu menjagaku’, dia naik dengannya ke langit dan memiliki cahaya hingga sampai kepada Allah Swt dan shalat memberi syafaat kepadanya.”
(Riwayat Thabrani dair Ubadah bin Shamit)
Meninggikan Derajat
Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ ». قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ ».
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa dan menaikkan derajat ?” Para shahabat menjawab: “Mau, wahai Rasulullah !” Beliau bersabda: ”Menyempurnakan wudhu pada saat-saat yang tidak disukai, memperbanyak langkah ke masjid dan menunggu sholat berikutnya setelah melakukan sholat. Maka itulah yang dinamai ribath (berjaga-jaga di garis perbatasan)”.
(Shohih. HR. Ahmad II/303 no.8008, Muslim I/219 no.251, Tirmidzi I/72 no.51, dan an-Nasa’i I/89 no.143).
Ribath adalah amalan berjaga-jaga di daerah perbatasan antara daerah kaum muslimin dengan daerah musuh. Maksudnya pahalanya disamakan dengan pahala orang yang melakukan ribath.
Wajah Tampak Bercahaya
Pada hari Kiamat, orang yang berwudhu dengan benar dan sempurna akan mendapatkan cahaya pada wajah, kedua tangan, dan kedua kakinya dengan sebab dia mencuci wajah, kedua tangan, dan kedua kakinya dalam berwudhu. Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « إِنَّ أُمَّتِى يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ »
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah, tangan, dan kaki yang bercahaya karena bekas-bekas wudhu mereka. Karenanya barangsiapa di antara kalian yang bisa memperpanjang cahayanya maka hendaklah dia lakukan.”
(Shohih. HR. Bukhari I/63 no. 136, dan Muslim I/216 no. 246).
Abu Hurairah ra berkata jika Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya saudara-saudara kami itu akan datang dalam keadaan putih cemerlang karena wudhu dan aku yang akan membimbing mereka ke telaga”.
(Riwayat Muslim)
Di dalam haditsnya, Abu Hurairah ra berkata,
“Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang dari bekas wudhu. Dan barangsiapa yang mampu untuk memperlebar putihnya maka kerjakanlah hal itu“.
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda,
”Perhiasan (cahaya) seorang mukmin di akhirat akan sesuai dengan jangkauan wudhunya.’
(HR. Muslim)
Separuh Keimanan
Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:
عَنْ أَبِى مَالِكٍ الأَشْعَرِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ – أَوْ تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا ».
Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallaahu ‘anhu, Dia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Bersuci adalah separuh dari keimanan, ucapan ‘Alhamdulillah’ akan memenuhi timbangan, ‘subhanalloh dan alhamdulillah’ akan memenuhi ruangan langit dan bumi, sholat adalah cahaya, dan sedekah itu merupakan bukti, kesabaran itu merupakan sinar, dan Al Quran itu merupakan hujjah yang akan membela atau menuntutmu.
Setiap jiwa manusia melakukan amal untuk menjual dirinya, maka sebagian mereka ada yang membebaskannya (dari siksa Allah) dan sebagian lain ada yang menjerumuskannya (dalam siksa-Nya).”
(Shohih. HR Muslim I/203 no.223, dan Ahmad V/342 no.22953)
Langkah Kakinya Sebagai Amal
Orang yang berwudhu dengan benar dan sempurna maka akan diampuni semua dosanya yang telah berlalu, dan setiap langkah kakinya ke masjid akan dihitung sebagai amalan sunnah. Demikian pula shalat (sunnah wudhu) yang dia lakukan setelahnya. Hal ini sebagaimana hadits berikut ini:
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ تَوَضَّأَ هَكَذَا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَكَانَتْ صَلاَتُهُ وَمَشْيُهُ إِلَى الْمَسْجِدِ نَافِلَةً »
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang berwudhu seperti ini maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Sholat dan berjalannya menuju ke masjid merupakan nafilah (sunnah).”
(Shohih. HR.Muslim I/207/229)
Karenanya, disunnahkan untuk berjalan kaki ke masjid selama masih memungkinkan dan tidak menaiki kendaraan, demikian pula disunnahkan untuk mengerjakan shalat sunnah wudhu.
Dan yang dimaksud dengan sabda Nabi dalam hadits di atas: (maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu) adalah dosa-dosa kecil, karena para ulama menyatakan bahwa dosa besar hanya bisa terhapus dengan taubat nasuha dan istighfar.
8 Pintu Surga Di Bukakan
Orang yang selalu berwudhu dengan sempurna akan diberi pilihan masuk surga melalui delapan pintu surga yang dia sukai.
Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi wa salam, beliau bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلغُ – أَوْ فَيُسْبِغُ – الوُضُوءَ ، ثُمَّ يقول : أشهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ؛ إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ رواه مسلم . وزاد الترمذي : اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ ، وَاجْعَلْنِي مِنَ المُتَطَهِّرِينَ
“Barang siapa di antara kalian berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian berkata, aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah Melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan rasul (utusan)-nya, maka akan dibukakan untuknya pintu surga yang delapan dan dia bisa masuk ke dalamnya lewat pintu mana saja yang dikehendakinya.”
(Shohih. HR. Muslim I/209 no.234).
Imam Tirmidzi rahimahulloh menambahkan: “Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mensucikan diri.”
Demikian beberapa keutamaan besar yang diperoleh oleh setiap muslim dan muslimah yang melakukan wudhu sebagaimana wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Syarat Menyentuh Dan Membaca Alquran
Al Qur’an adalah kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai kitab suci umat Islam. Dalam rangka memulikan Al Qur’an sebagai kalamullah (firman Allah) maka disunnhakan berwudhu’ sebelum memegang kitab suci Al Qur’an ini.
Al Imam Ath Thabrani dan Al Imam Ad Daraquthni meriwayatkan hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dari shahabat Hakim bin Hizam radhiallahu ‘anhu:
لاَتَمُسُّ القُرآنَ إِلاَّ وَأَنْتَ طَاهِرٌ
“Janganlah kamu menyentuh Al Qur’an kecuali dalam keadaan suci”.
Bagaimana jika hanya membacanya saja tanpa menyentuhnya, apakah hal ini juga disunnahkan (dianjurkan) oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam? Ya, hal itu disunnahkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana sabdanya:
“Sesungguhnya aku tidak menyukai berdzikir kepada Allah kecuali dalam keadaan suci.”
(HR. Abu Daud dan An Nasa’i dari sahabat Ibnu Umar dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albani).
Tentunya, membaca Al Qur’an adalah semulia-mulia dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala.
Mencegah Mimpi Buruk Dan Gangguang Setan Saat Tidur
Termasuk sunnah Rasulullah adalah berwudhu’ sebelum tidur. Hal ini bertujuan agar setiap muslim dalam kondisi suci pada setiap kedaannya, walaupun ia dalam keadaan tidur. Hingga bila memang ajalnya datang menjemput, maka diapun kembali kehadapan Rabb-Nya dalam keadaan suci.
Dan sunnah ini pun akan mengarahkan pada mimpi yang baik dan terjauhkan diri dari permainan setan yang selalu mengincarnya. (Lihat Fathul Bari 11/125 dan Syarah Shahih Muslim 17/27)
Rasulullah bersabda,
”Setan akan datang mengikat ujung kepala kalian ketika sedang tidur dengan tiga ikatan. Pada setiap ikatan setakan akan dibisikkan,” Kamu masih memiliki malam yang panjang, maka tidurlah.” Jika engkau bangun dan mengingat Allah, maka akan terlepaslah ikatan pertamamu. Apabila engkau kemudia berwudhu maka akan terlepaslah ikatan kedua. Dan jika engkau melakukan shalat, maka akan terlepaslah ikatanmu yang ketiga. Jika engkau tidak melakukan ketiga hal itu, niscaya hatimu akan menjadi sesat dan malas.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tentang sunnah ini, Rasulullah telah menjelaskan dalam sabda beliau yang diriwayatkan dari sahabat Al Barra’ bin ‘Azib, bahwasanya beliau berkata:
“Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhu’lah sebagaimana wudhu’mu untuk shalat.”
(HR. Al Bukhari no. 6311 dan Muslim no. 2710)
Lebih jelas lagi, dari riwayat shahabat Mu’adz bin Jabal, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tidur di malam hari dalam keadaan dengan berdzikir dan bersuci, kemudian ketika telah terbangun dari tidurnya lalu meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat, melainkan pasti Allah akan mengabulkannya.”
(Fathul Bari juz 11/124)
Demikianlah sunnah yang selalu dijaga oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ketika hendak tidur, yang semestinya kita sebagai muslim meneladaninya. Bahkan ketika beliau terbangun dari tidurnya untuk buang hajat, maka setelah itu beliau berwudhu’ lagi sebelum kembali ke tempat tidurnya. Sebagaimana yang diceritakan Abdullah Bin Abbas radhiallahu ‘anhuma:
“Bahwasanya pada suatu malam Rasulullah pernah terbangun dari tidurnya untuk menunaikan hajat. Kemudian beliau membasuh wajah dan tangannya (berwudhu’) lalu kembali tidur.”
(HR. Al Bukhari no. 6316 dan Abu Dawud no. 5043 dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 4217)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar